Selasa, 20 November 2012

Syumuliatul Islam

Ustadz Muholli, Kamis/ 15 November 2012/ 05.00—07.00

Sesungguhnya orang-orang yang mengatahan : “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan :”Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Fussilat: 30—32)

Ayat di atas berbicara bahwa orang-orang yang istiqomah berusaha tetap berpendirian dalam keislaman, keimanan, dan keikhlasannya karena meyakini kepastian dan kebenaran janji Allah. Namun yang jadi permasalahan pada dimensi saat ini adalah tidak bisa kita melihat dan merasakan hal-hal yang gaib sehingga tidak semua jiwa mampu menggapainya. Manusia amat cenderung pada sesuatu yang nyata apalagi hal itu mendatangkan suatu keuntungan yang dekat. Oleh karena itulah, bagi kaum muslimin rukun iman menjadi suatu pondasi, dasar berpijak dalam membangun keislaman kita. Hal inilah yang membuat kita meyakini dimensi yang berbeda yang harus kita yakini.