Jumat, 15 Maret 2013

Sebuah Catatan Pengabdian di Sudut Pandeglang, Banten




Oleh Erin Nuzulia Istiqomah



            Kisah ini bermula dari adanya keinginan dan passion yang kuat atas dunia pendidikan dan anak-anak yang amat saya gemari. Sebuah kesempatan pengabdian yang ada lebih dulu harus terlewati karena saya tidak mengambil kesempatan untuk mengikuti K2N meski sudah lolos seleksi. Bukan penyesalan, nyatanya saya mengambil pilihan yang juga tepat untuk pengabdian masa depan nantinya demi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Membayar kesempatan yang terlewati beberapa bulan sebelumnya, terpanggil hati saya untuk menunggu kesempatan yang tepat mengikuti bentuk pengabdian yang lain.
Aksi mengajar di pelosok menjadi alternatif pengabdian yang selama ini ditunggu-tunggu. Gerakan UI Mengajar. Inilah kesempatan yang harus diperjuangkan keberhasilannya. Bulan September 2012, inilah langkah awal saya untuk memperjuangkan pengabdian ini. Pendaftaran sebagai 30 orang pengajar terpilih pun dibuka. Semua berkas yang dibutuhkan saya persiapkan dengan baik. Inilah usaha terbaik yang mampu saya lakukan. Seleksi berkas dan esai lolos, dilanjutkan dengan simulasi mengajar di SDN Pondok Cina 04 hingga akhirnya pengumuman 30 Pengajar Terpilih yang akan mengabdikan dirinya selama 23 hari di aksi mengajar ini. Saya termasuk di dalamnya dan perjuangan pun dimulai selama aksi mengajar yang berlangsung sejak 9 Januari—3 Februari 2013.

Kampung Kapinango, Keterbatasan dalam Dinamisasi Kehidupan Sosial
            Kami menginap di Kecamatan Sobang, merasakan menginap tanpa aliran listrik yang menyala disertai hujan yang menderas, dan banjir, membuat kami mencicipi awal pengabdian yang luar biasa. Inilah saat di mana pengabdian kami diuji niat-keikhlasan-ketulusan-nya. Rombongan Gerakan UI mengajar harus merasakan mengungsi karena kebanjiran sebelum akhirnya pergi ke lima titik yang ditargetkan sebagai tempat aksi kami mengajar.
            Esok hari kami mulai untuk mencapai titik masing-masing dengan menggunakan truk karena akses jalan yang sangat sulit dan penuh lumpur. Di setiap titik kami dibagi menjadi enam orang pengajar dan belasan panitia. Pembagian tugas dilakukan secara jelas agar tidak terjadi tumpang tindih. Pengajar fokus pada pengembangan sekolah, sedangkan panitia fokus pada pengembangan masyarakat daerah sana. Saya mengabdikan diri selama 23 hari di Kampung Kapinango, Desa Kutamekar, Kecamatan Sobang, Pandeglang, Banten. Mengajar kelas 1 di SD Negeri Kutamekar 1. 
            Kedatangan kami di sana disambut dengan baik oleh para warga desa yang kebanyakan bekerja sebagai petani. Masing-masing pengajar bertempat tinggal di rumah warga dan saling terpisah. Sedangkan panitia tinggal secara bersama di salah satu rumah yang memang kosong. Awal kedatangan kami di sana, warga desa selalu merasa sungkan dan tidak enak karena tidak bisa menghadirkan makanan selayaknya yang biasa kami makan di Jakarta. Namun seiring berjalannya waktu, mereka dapat menerima kami dengan baik.