Puisi dibangun dengan jiwa dan itu terasa
dalam setiap kata yang ada dalam puisinya
Pada
diskusi sastra kali ini, kak Nila Rahma mengajak kami untuk menonton video
deklamasi puisi oleh WS. Rendra dengan puisinya yang berjudul “Sajak sebatang
Lisong”. Puisi ini bertemakan kondisi
sosial pendidikan yang terjadi di negeri ini pada masa itu. Melalui puisinya itu, WS. Rendra berusaha
untuk menyindir dan mengkritik keadaan sosial.
WS.
Rendra yang memiliki nama asli Willi Brodus Surendra Broto merupakan adik
kandung dari Ardi Kurdi, pemeran Abah dalam serial Keluarga Cemara. WS.
Rendra merupakan seorang pemuisi dan penyair, lebih dari itu ia juga
merupakan seorang dramawan. Ia memiliki bengkel teater yang menjadi tonggak
penggiat drama pada masa itu. Dalam proses kreatifnya, Rendra membuat puisi
pada masa trance. Ia telah menghasilkan begitu banyak karya dan
menjadi salah satu pujangga yang cukup diperhitungkan dalam khazanah sastra
Indonesia. Kritik yang dituangkan dalam puisinya dibuat bukan sekadar kritik
belaka. Ia membuat sebuah riset tertentu sebelum pada akhirnya menghasilkan
puisi sehingga karyanya bukanlah karya spekulatif.
Sejatinya
puisi itu dibangun dengan jiwa dan itu terasa dalam setiap kata yang muncul
dalam bait-baitnya. Puisi tak hanya sekadar untaian kata-kata indah, puisi
juga mencerminkan koherensi pemikiran dan paradigma seseorang. Dari
puisi-puisi yang dibuat oleh pemuisi, kita dapat melihat alur dan sistematika
berpikir seseorang dalam menyikapi suatu hal yang diungkap dalam puisinya. Puisi
itu sendiri menrut kak Nila dibagi menjadi dua, yaitu puisi yang hanya
sekadar puisi dan puisi dengan maksud tertentu.
Sesungguhnya gagasan dapat dituangkan dengan
banyak cara, adapun salah satu caranya adalah melalui seni. Seni bisa menjadi
salah satu cara meraup perhatian massa yang banyak. Melalui seni kita diajak
menyikapi sesuatu dengan lebih bijak, contohnya adalah ketika Sterdapat
sesuatu yang manis boleh maka kita boleh melirik sekadarnya saja. Namun tentu
saja untuk berbagai hal dalam hidup, baik besar maupun kecil haruslah tetap
disikapi sesuai dengan porsi seharusnya.
Dalam puisi terdapat berbagai macam gaya dalam mengungkapkan
gagasannya. Salah satunya adalah Atavisme, gaya puisi masa lalu yang terus
diulang. Hal ini banyak ditemukan dalam berbagai karya puisi. Tentu saja ini
menarik karena menunjukkan bahwa kita sesungguhnya sebagai manusia lebih suka
pada keteraturan. Pada akhirnya kita dapat melihat banyak hal dalam puisi, kita
dapat menemukan banyak gagasan tertuang dan banyak pelajaran dalam menyikapi
hidup yang dapat kita ambil dari untaian kata bernama puisi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar