Kamis, 13 Oktober 2011

Seharusnya kita Menjalankan Amanah dengan Amanah #3

jika saja hati dapat menelisik setiap resah
tentu aku ingin membersamai resahmu
kini ataupun nanti tautan hati tak akan berhenti
UntukNya dan karenaNya

Ketika kesibukan kian sesak melingkupi hari, terkadang begitu banyak jiwa terlupa untuk sekadar disapa.
Semester ganjil belum genap dua bulan berjalan, namun seakan penat tak lelah menghiasi hari yang berjalan tanpa henti. Jika dua semester sebelumnya masih dapat aku jumpai hari dengan senyum indah para bidadari, kini senyum indah tak lagi aku jumpai setiap hari. Tentu saja bukan karena bidadari tak ingin tersenyum memaknai hati, tapi waktu terkesan kikir memberi ruang perjumpaan untuk sekadar bertukar senyum dengan para bidadari. Seharusnya kita menjalankan amanah dengan amanah.


                Perjumpaan kita sebuah amanah bukan? Setahun silam ukhuwah rekat menjadikan kita keluarga kecil penuh mimpi. Tak sekadar tawa atau canda yang dipenuhi kemanjaan. Namun sebuah janji menjalankan visi berlandaskan cinta Sang Illahi. Kini atau nanti, tak akan pernah ada bekas keluarga di antara kita. Satu yang aku yakini hingga kini, kita dipercaya olehNya untuk saling menjaga, saling percaya, dan saling menasihati. Aku rasa tak perlu aku ulang kisah canda tawa atau duka lara yang pernah kita lewati. Tapi satu yang aku ingat hingga kini, kalianlah keluarga kecil penuh mimpi, yang saat pertama aku kenal aku merasakan sebuah keniscayaan, sudah seperti mengenal kalian sejak lama dan kita dipertemukan kembali olehNya dan KarenaNya.
Seharusnya kita menjalankan amanah dengan amanah.

                Saling menjaga, saling percaya dan saling menasihati. Semoga kita mampu menjalankan amanah dengan amanah. Bukan sekadar perwujudan kata menjaga dengan saling terjaga di samping keluarga, bukan pula sekadar seremonial kepercayaan dengan trustfall sebagai wujud pembuktian, atau bahkan bukan pula sekadar formalitas menasihati dengan lipservice  yang lancar terlahir dari lisan-lisan kita. Lebih dari itu sayang. Jika orang yang berpacaran saja mampu melewati tahapan ukhuwah dengan ketulusan, lalu mengapa kita yang berorientasi pada Illahi tak mampu menjalankan tahapan ukhuwah dengan kebaikan? Tentu saja kita mampu.
Seharusnya kita menjalankan amanah dengan amanah.

Kini atau nanti, ikatan ini akan lebih kental dari darah yang mengalir di nadi kita sendiri. Karena kita keluarga kecil penuh mimpi yang akan menjalankan amanah dengan amanah dengan terus menjaga, percaya, dan menasihati.

Tidak ada komentar: