Senin, 26 Desember 2011

HUMANIORA ISLAMIC FESTIVAL (HIFEST) 2011



Assalamualaikum
FORMASI FIB UI dengan bangga mempersembahkan Humaniora Islamic Festical 2011 (Hi Fest 2011) yang akan diselenggarakan pada:
Kamis-Sabtu, 29-31 Desember 2011 di Auditorium Gd.IX FIB UI

Kamis, 29 Desember 2011:
-pementasan tari saman oleh Srikandi SMAN 39 Jakarta
-seminar Prosa Islami dengan pembicara Tasaro GK (penulis novel Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan) dan Boim Lebon (penulis Lupus) di bidang prosa dan Sapardi Djoko Damono (guru besar FIB UI) dan Taufik Ismail (penyair) di bidang puisi

Jumat, 30 Desember 2011:
-Lomba kaligrafi
-Nonton bareng "Kingdom of Heaven"
-Seminar Film dengan pembicara Ade Armando (Komisi Penyiaran Indonesia) dan Aditya Gumay (sutradara "Rumah Tanpa Jendela")

Sabtu, 31 Desember 2011:
-Lomba nasyid
-Seminar musik Islami dengan pembicara Fika (personel Moupla) dan Faris (personel Justice Voice)
-Stand Up Comedy oleh Ibnu Wahyudi (dosen prodi Indonesia FIB UI)
-dan live performance dari Justice Voice, Punk Muslim, dan Edcoustic

ayo,jangan lupa ajak teman-teman!!
FREE ENTRY+sertifikat (bagi 50 pendatang pertama di setiap seminarnya)
TUNGGU APA LAGI???
SEGERA AGENDAKAN YA?! ^^

Kamis, 13 Oktober 2011

Seharusnya kita Menjalankan Amanah dengan Amanah #3

jika saja hati dapat menelisik setiap resah
tentu aku ingin membersamai resahmu
kini ataupun nanti tautan hati tak akan berhenti
UntukNya dan karenaNya

Ketika kesibukan kian sesak melingkupi hari, terkadang begitu banyak jiwa terlupa untuk sekadar disapa.
Semester ganjil belum genap dua bulan berjalan, namun seakan penat tak lelah menghiasi hari yang berjalan tanpa henti. Jika dua semester sebelumnya masih dapat aku jumpai hari dengan senyum indah para bidadari, kini senyum indah tak lagi aku jumpai setiap hari. Tentu saja bukan karena bidadari tak ingin tersenyum memaknai hati, tapi waktu terkesan kikir memberi ruang perjumpaan untuk sekadar bertukar senyum dengan para bidadari. Seharusnya kita menjalankan amanah dengan amanah.

Senin, 26 September 2011

Seharusnya kita Menjalankan Amanah dengan Amanah #2

       Kala itu ketika ia dengan tulusnya memberikan sebuah kunci kecil, kunci keihklasan dalam beramal,  tekadku bulat. Insya Allah akan aku tunaikan. “Seharusnya kita menjalankan amanah dengan amanah” begitu ucapnya lembut tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Tak terasa memang. Hampir tujuh bulan lalu kalimat itu lahir dari lisannya. Dan kini, kalimat itu masih terngiang hebat, namun tak lagi menjadi kalimat positif melainkan berbalik menjadi sebuah kalimat penuh tanya. “Sudahkan kita menjalankan amanah dengan amanah?” begitu pikirku dan memang tak akan pernah keluar dari lisan lembutnya.

            Tujuh bulan sejak kunci itu ia berikan, aku terlena dengan masa mengemban amanah tanpa evaluasi intensif. Aku rasakan semua baik-baik saja, sepertinya. Meskipun sinergisitas kesempatan, pelaku (pengemban amanah), kontribusi, dan waktu serasa tak bekerja sesuai dengan amanahnya. Sungguh aku menyadari itu semua. Namun semua terlewat bahkan hanya dengan beberapa gerutu di belakang. Tujuh bulan sejak kunci itu ia berikan, aku masih menikmati keadaan, berlayar tanpa arah meski tujuan telah jelas terpampang. Jelas sudah, amanah telah mengkhianati amanahnya.

Rabu, 31 Agustus 2011

Aku dan Segala


             Mengenalmu merupakan hakikat makna kata terindah. Kesempatan berbuah emas peruntungan yang terpetik dari pohon keberuntungan. Berhenti pada hakikat makna kata terindah. Mengenalmu. Adalah segala. Bagiku. Mungkin tidak bagimu. Segala berbentuk pencapaian cita mimpi indah yang dimulai dari kebaikan nasib. Mengenalmu. Adalah segala. Bagiku. Mungkin tidak bagimu. Segala berbentuk untaian harapan tercipta. Perwujudan kehendak dengan berbagai rupa. Mengenalmu. Adalah segala. Bagiku. Mungkin tidak bagimu. Segala berbentuk realisasi rasa. Menyatu dengan berbagai ketidakpastian tanpa kesepakatan. Benar-benar segala. Hingga tak ada kata yang dapat menjadi padan membuatnya menjadi segala. Hanya integrasi kata yang menguasai bentuk sederhana sepadan segala. Kini aku biarkan sukma merasuk kata sempurna. Menyeringai penuh cinta. Merajut benang membersamai kata. Menemani hampa dengan keramaian tanpa tepi. Membentak pilu kesedihan yang terhenyak menjadi suka tanpa gulita. Syukurku tak henti membersamai setia. Begitu setia mendampingi kebersamaan setia dalam syukur. Dia begitu kuasa merajai hati. Mengenalmu. Adalah segala. Bagiku. Mungkin tidak bagimu. Segala yang tercipta lewat matamu. Mata indah tanpa cela. Sederhana. Dan aku setia bersyukur. Mengenalmu. Adalah segala. Bagiku. Mungkin tidak bagimu.  

Selasa, 30 Agustus 2011

Takdir Cintaku

Di tengah sayup-sayup gema takbir yang menghias langit malam ini. Aku kembali memikirkanmu. Kembali, sejak sepuluh tahun lalu. Sejak pertemuan pertama kita yang begitu amat sederhana. Bayanganmu sedetikpun tak pernah lepas dari setiap kejap mata yang memenuhi kedipan hati. Hampir sepuluh tahun bayanganmu setia menemani hariku. Hilir mudik di angan tanpa batas. Sederhana. Tak aku usir memang. Karena aku begitu amat menikmatinya. Aku tahu kau tak akan pernah melakukan hal yang sama. Sadar sesadar-sadarnya manusia. Layaknya hamba yang tersadar kekuasaan pemiliknya. Namun bukankah jodoh selalu Dia yang mengatur? Sang Pencipta Cinta dengan segala kuasanya. Jika Sang Pencipta Cinta berkehendak maka hatimu pun begitu mudahnya dibalikkan dari ketidakpedulianmu bukan? Baiklah, sepenuhnya aku akan membiarkan kuasa takdirku mengalir mempertemukan nasib dengan sang jodoh, dan aku masih berharap itu kau, sayang.

Sepertinya aku terlanjur setia dengan cinta. Cinta padamu tentunya. Aku sama sekali tak memiliki ruang kosong untuk cinta yang lain. Tidak juga untuk dia ataupun ia. Tak ada yang berhak menerima. Selain kau, sayang. Egois.Terbutakan mungkin lebih tepat. Bagiku, kaulah cintaku. Pertama, terakhir, dan selamanya. Pemaksaan. Tentu saja tidak. Aku tak akan pernah memaksakan kehendaku atas cintaku padamu. Biarlah aku mencintamu dengan cara terbaikku. Tentu saja. Aku telah banyak belajar tentang cinta. Dan aku pastikan dengan jaminan penuh, kau tak akan kecewa dengan caraku mencintamu. Hakikat cinta adalah melepaskan, semakin sejati cinta, semakin sejati untuk melepaskan. Kalimat itulah yang terpahat kokoh di dinding hatiku. Pemahaman cinta penulis yang amat aku cintai. Tulisan dalam karyanya maksudku. Cinta sejati tak harus memiliki bukan? Cukup melihatmu bahagia dengan cintamu maka bahagia pula aku dengan cintaku. Jika kau dan aku memang ditakdirkan untuk berjodoh, anganku, sejauh apa pun kita berpisah, suatu saat akan kembali. Dan saat itu aku akan membiarkan kuasa takdir mengalir mempertemukan nasib dengan sang jodoh, kau.

Sebuah Surat : Atas Nama Pengkhianatan

Jakarta, berbulan-bulan sejak penghianatan

Pengkhianatan. Sebuah kata bermakna amat menjijikkan yang belakangan ini menghantuiku ketika melalui hari-hari penuh kesenangan. Bukan pengkhianatan atas nama cinta layaknya kisah yang biasa kita tonton di berbagai sinetron yang memenuhi layar kaca, kawan! aku teramat muak memikirkannya jika kisah ini bercerita tentang cinta. Pengkhianatan banyak macamnya bukan? Pengkhiatan yang menyebabkan kekalahan politik misalnya, ya pengkhianatan macam itu bahkan amat sangat lebih memuakkan dibandingkan dengan pengkhianatan cinta, setidaknya begitulah pemahamanku –karena aku sendiri bahkan tak mengerti soal cinta.

                Mungkin akan aku awali kisah ini dengan sebuah ucapan terima kasih. Sebuah ucapan tulus dari sudut hati terdalam yang keluar tanpa paksaan, sudah aku bilang aku begitu  tulus mengucapkannya, kawan. Jadi aku harap kau tak lagi meragukan ketulusan ucapanku itu. Rasa terima kasih itu begitu amat besar dan tak ternilai, percayalah, karena memang tak ada nilai mata uang manapun yang dapat mengkonversi rasa terima kasihku. Terima kasih sayang, atas luka kecil –yang dalam- yang telah kau jejakkan di sudut hatiku. Jerih. Terima kasih sayang, kau tak hanya menjejakkan luka kecil –yang dalam- tetapi juga sempat membenamkannya ke dalam samudera garam. Perih. Terima kasih sayang, tak hanya cukup membenamkan dalam samudera penuh garam, kau berinisiatif mengumpankan hati terluka itu untuk predator laut yang siap mengoyak penuh rasa lapar. Pedih. Sudah aku bilang, terima kasih ku begitu amat tulus padamu. Sekali lagi aku yakinkan, kau tak perlu ragu atas itu. Asalkan kau puas. Semua akan menjadi cukup.

Rabu, 15 Juni 2011

...




Bukankah kata tak lagi mampu mengisyaratkan kehangatan di antara kita?

Karena memang tak ada kehangatan yang tampak dari wajah sendu penuh dusta
Wajah pias yang tersulut rasa bersalah, mungkinkah? Aku bahkan tak lagi yakin


Kamis, 24 Maret 2011

Sahabat



Aku memahaminya sebagai sebuah kesederhanaan. 
Tanpa sebuah embel-embel kepalsuan predikat.
Begitu sederhana sampai bahkan aku terlihat tak mampu menjaganya, 
atau bahkan terlihat tak peduli akan sebuah status persahabatan. 
Aku menjalaninya sebagai sebuah rangkaian kehidupan dan menapakinya dengan hati-hati. 
Seolah tak ingin sedikitpun pijakan yang telah aku lalui retak karena terlalu keras aku injak. 
Berbalut keihlasan ukhuwah
aku rasa cukup untuk menjaga keutuhan sebuah indahnya persahabatan 
yang terbalut atas dasar cinta yang sama kepadaNya. 
Hm, tapi biar Allah yang membantuku untuk menjaga ia 
yang Allah kirimkan sebagai seorang sahabat.
Adakah ia ? entahlah...

Menjaga



menjaga tak semudah mengucap kata

bidadari-bidadari itu teramat terjaga untuk dijaga

Dialah sebaik-baiknya penjaga



Minggu, 27 Februari 2011

Seharusnya Kita Mampu Menjalankan Amanah dengan Amanah

Lama tak berjumpa membuatku begitu ingin bercengkrama dengannya, menumpahkan segala kisah yang aku simpan. Segala penat yang terangkum seolah mencoba berlomba keluar dari lisan yang hina ini. Namun apa daya, tak seluruhnya mampu aku tumpahkan padanya sore itu juga, mengingat keterbatasan waktu yang ia miliki. Dua minggu tak aku jumpai dirinya dalam perbincangan rutin yang kini menjadi sebuah kebutuhan bagiku, siang ini ia hadir dengan segenap asa dan kekayaan jiwa yang membasuh keringnya hati ini. Ia hadir membawa kesegaran, memberikan celah perbaikan, dan menawarkan segala penyembuh bisa yang terjamah olehku beberapa hari ini.
Entah ikatan apa yang membuatku begitu leluasa dan nyaman menumpahkan segala isi hatiku padanya. Hal yang jelas  yang sampai kini aku ketahui dan mampu aku pahami adalah kami berjodoh. Ya benar, berjodoh dalam sebuah ikatan perbaikan ruhiyah yang rutin kami lakukan. Allahlah yang mengirimkannya untuk membina dan menempaku untuk mampu menjadi seseorang sepertinya. Seseorang yang juga mampu menjadi bagian dari jalan besar yang disukaiNya.  Dan aku begitu amat bersyukur telah mengenalnya dan menjadi bagian dari hidupnya.

Senin, 14 Februari 2011

Tanpa Kesia-siaan


Riak rasa itu makin banyak
Seiring  terhamparnya samudra
Dan ombak yang bergemuruh
Riak-riak tanpa makna dan hampa
Seakan memanggil penatnya jiwa

Hufft… terkadang saya menyesal terlalu banyak keluhan yang keluar dari lisan ini atas apa yang saya hadapi. Hm, mungkin semua lontaran kata itu terkesan egois melompat tanpa henti dari lisan penuh dosa ini. Ya, perjuangan ini belum seberapa. Bahkan belum mampu sedikitpun membayar nikmat sebuah bola mata… Andai bukan karenaNya, mungkin jiwa ini telah lama kosong bersamaan dengan kesia-siaan.

Sabtu, 12 Februari 2011

Itulah Kalian

Dua hari ini saya disibukkan oleh dauroh di SMA, ya kembali ke SMA. Itu adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan, insya Allah. Sebenarnya dauroh kali ini bukan dilakukan oleh Forum Alumni Remas 39, tetapi kamilah (RMNJ 24) yang mengadakan dauroh ini. Hm, ya sebenarnya ini merupakan penindaklanjutan atas berbagai macam hal yang telah kami bicarakan sebelumnya saat rihlah.
Ditulisan kali ini, saya tidak akan membicarakan mengenai jalannya dauroh, tetapi saya akan membicarakan perihal perubahan saudara-saudara saya alias anggota dari RMNJ 24. Dauroh kali ini memang hanya melibatkan mantan BPH RMNJ 24 untuk memberikan pengalamannya kepada pengurus RMNJ saat ini, yang kebetulan dalam masa jabatan RMNJ 26. Seingat saya, sempat diadakan tiga kali syuro sebelum pelaksanaan dauroh ini. Tentu saya hal ini dimaksudkan agar berbagai macam hal yang akan kami sampaikan mampu terorganisasi dengan baik.

Minggu, 06 Februari 2011

Hanya Allah yang tahu


        Seperti yang telah saya dengar dari banyak orang, bahwa jodoh, rizki, dan kematian sejatinya hanyalah Dia yang Maha Mengetahui. Allah lah yang telah mengatur dan menuliskan semua dalam takaran yang pas dan tak terlewat sedikitpun. Allah telah menuliskan seluruh catatan mengenai berbagai macam hal tersebut dan menetapkannya tanpa ada seorangpun di dunia ini yang mampu meramalkan atau bahkan mengetahuinya.
          Beberapa hari ini berita tentang kematian seolah sedang menjadi perbincangan yang menghiasi siaran-siaran di televisi. Mengingat ada seorang tokoh bangsa ini yang telah dipanggilnya dengan terkesan mendadak. Hm, tidak hanya itu, saya sekeluargapun dikejutkan dengan berita wafatnya Pakde (kakak dari ibu saya) secara mendadak dan begitu tiba-tiba. Saya  memang kurang begitu dewasa dalam menyikapi kematian. Mengingat, inilah kali kedua saya mengalami sendiri bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayangi, setelah setahun yang lalu nenek saya yang wafat.

Rabu, 26 Januari 2011

Rihlah 24 (lagi)

        Tujuh bulan pasca kelulusan dari SMA tercinta, kami (RMNJ 24) kembali membuat sebuah kegiatan yang bertujuan semakin mengeratkan ukhuwah (sebenernya ga cuma itu tujuannya, buanyaaaaak,hehehe lebay.com, tapi secara garis besar ya itu). Yeay… RIHLAH lagi boo… inilah yang kami tunggu-tunggu. Akhirnya rencana kegiatan yang dulu kami canangkan berjalan. Ini salah satu bukti konsistensi dan keseriusan temen-temen 24 bahwa ukhuwah kita bukan sekadar main-main. Bangga deh punya saudara-saudara kaya kalian :)
        Hari ini kami berangkat ke Puncak, tepatnya sih di Taman Matahari. Berbekal ilmu sok tau (ilmu yang telah lama kami anut), sampe juga deh kita di depan gerbangnya. Okeh tujuan awal kita (syuro sebulan sebelumnya) adalah Kebun Raya Bogor, tapi berubah haluan waktu kita syuro ba’da Cikampex (usulan Andien). Janjian awalnya sih jam 6 pagi di Pasar Rebo (naik angkutan umum cuy), tapi ternyata kebiasaan jelek kita masih sangat tidak bisa dihilangkan. Baru berangkat jam 8. Masya Allah… parah banget dah (padahal saya juga telat). Ya udah lah ya ga pa-pa juga. Wong semua juga pada enjoy aja. Tapi inget, dihapus ya kebiasaan jeleknya (nasihatin diri sendiri)

Selasa, 25 Januari 2011

Cikampex (bagian 2)


        Gini temen-temen, stan fakultas itu ngejelasin berbagai macam hal mengenai fakultas masing-masing, dari mulai mata kuliah tiap semester, prospek kerja, usaha buat masuk, dsb. So, kita buka 12 fakultas deh, Alhamdulillah seluruh Galaners ada perwakilannya di tiap fakultas. Next, stan BOP-B, yaudah lah kalian juga tau maksudnya, ya ngejelasin BOP-B, anak SMA kan ga pada tau tuh, selanjutnya stan Bidik Misi, ngejelasin beasiswa gitu deh… Kalo angket itu ya nyebarin angket yang isinya beberapa pertanyaan terkait UI, angket ini akan diproses di Litbang Galaners UI nantinya. Dan yang terakhir, konsultasi. Sebenernya stan ini (harusnya) banyak penghuninya, tapi yang nongkrong di sana akhirnya hanya saya dan Zahra.
        Kita semua bekerja dari jam 1-4 sore. Pertama-tamanya sih stan lain, wuidiiiiiiiiiiih.. penuh sesak dikunjungi adek-adek yang ingin tau. Tapi stan saya kosong melompong kaya gigi ompong. Okeh saya sama Zahra agak kebingungan, kenapa ga ada yang datengin kita (dalem hati seneng, Alhamdulillah ga capek,hehehe). Tapi apa mungkin itu adik-adik takut sama saya dan Zahra ya? Padahal kita udah bertampang manis, menawarkan konsultasi gratis tanpa dipungut biaya (kurang baik apa coba), terus stan kita di depan pintu, ya harusnya keliatan orang dong, apalagi ada tulisannya KONSULTASI.

Cikampex (bagian 1)

        Akhirnya Cikampex juga, upss, bukan Cikampek salah satu nama kota yang ada di Jawa Barat loh, Cikampex yang saya maksud di sini adalah Cijantung Kampus Expo. Cikampex adalah salah satu proker OSIS buat memfasilitasi teman-teman di SMA 39 dan sekitarnya mengetahui lebih banyak mengenai universitas yang ada. Nah kami para Galaners UI pun ambil bagian dalam acara ini untuk memperkenalkan UI lebih dalam.
        Yang bertindak sebagai koordinator dari UI adalah Titin Ariyani, dulunya dia anak XII IPA 7 dan sekarang jadi mahasiswi Kimia UI. Titin ini paling rempong deh kerjanya, salut  banget sama dia yang banyak mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, uang, keringat, dan darah (okeh yang ini lebay.com) buat memberikan yang terbaik untuk adik-adik kelas kita di SMA. Waktu hari H sebelum UI presentasi, para Galaners UI kumpul di kelas X-a buat nentuin ketua angkatan 2010. Tadinya calon ada lima namun dikerucutkan menjadi dua nama aja, yaitu Adi dan Nanda. Ternyata eh ternyata yang menang adalah Nanda, ya ga heran juga sih, Nanda kan emang lebih dari Adi,hehehehe (peace di ^_^V )

Sabtu, 15 Januari 2011

Sebuah Pemaknaan


Agaknya syetan sedang riang bertepuk tangan dan berpesta karena telah mengacaukan hatiku beberapa hari ini. Yap, mereka berhasil, tapi saya bersumpah mereka tak akan lama berpesta di sana untuk meneruskan euforia keberhasilannya.

Ya Rabb, inilah yang aku khawatirkan selama ini, lindungi hamba dalam naunganMu ya Rabb…

Begitulah teman-teman, akhir-akhir ini begitu banyak ujian datang silih berganti, namun kerap kali kesabaran berloncatan hilang dari diri ini (jangan dicontoh ya!).  Allah menguji kita selalu di tempat yang merupakan titik terlemah kita, dan Dia berharap kita mampu menjadi kuat dengan ujianNya itu. Bukan malah berputus asa dan menyerah dengan keadaan. Karena ujian Allah itu datang sepaket dengan solusinya. Tapi mungkin akan ada banyak variabel bebas  yang membuat kita tak lulus-lulus dari ujian itu dan terus saja mendapatkan ujian di titik yang sama –setidaknya itulah yang sempat saya rasakan.