Kamis, 21 November 2013

Menyoal Tuduhan terhadap Adnan-Wize

Bismillah…
Setelah hampir sebulan isu yang cukup panas mengenai “pemalsuan tanda tangan” bergulir, diam dan menahan sesak yang ada di hati, hmm mungkin ini saatnya saya ceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Hahaha menjadi orang yang sebulan ini selalu disebut seolah menjadi “tersangka” dan mendadak terkenal dengan hal “buruk” yang dilakukan, tentu saja sempat membuat tidur saya sedikit terganggu. Pasalnya, hampir dua minggu roadshow dan Kampanye Pemira UI 2013 berlangsung, isu mengenai hal tersebut belum juga berhenti berhembus, justru makin kencang terdengar di setiap fakultas yang didatangi oleh Adnan-Wize, tidak hanya datang dari mahasiswa di fakultas, hal tersebut juga datang dari para panelis.
Sejujurnya begitu sedih dan menahan tangis ketika mendengar dan melihat Adnan-Wize di setiap kesempatan mendapatkan pertanyaan dan “serangan” yang sama terkait hal tersebut, karena sesungguhnya bisa dikatakan itu bukan kesalahan mereka, mereka sama sekali tidak tahu menahu. Itu murni kesalahan dan ke-skip­-an saya dalam mengakomodir administrasi yang dibutuhkan sebelum verifikasi berkas Pemira. Saya ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua warga UI, terutama Adnan-Wize selaku teman yang telah saya “beratkan” proses kampanyenya karena kesalahan saya pribadi, kepada Tim Adnan-Wize, kepada teman-teman panitia Pemira UI 2013, serta kepada sahabat-sahabat saya yang tidak sengaja masuk dalam lingkaran ke-skip­-an saya.

Selasa, 30 Juli 2013

Urgensi Ilmu Pengetahuan

Muhammad Ihsan
Rabu, 26 Juni 2013/ 20.00—22.00

Seorang muslim itu berada diantara khauf (takut) dan Roja (harap) kepada Allah

Kondisi umat saat ini berada di titik nadir. Namun sebenarnya hal ini bisa menjadi salah satu titik perubahan. Sayangnya hingga saat ini belum ada yang mampu bangkit dan menciptakan perubahan. Guncangan yang terjadi di negara-negara Islam sudah ada (arab Spring), dimulai dari Libya hingga Turki. Belum juga ada titik perubahan signifikan. Indonesia juga mengalami gejolak, sayangnya belum heroik.
Pada dasarnya, kepemimpinan bukan berarti merangkul banyak pihak. Kepemimpinan itu pada hakikatnya memunculkan musuh-musuh pemimpin itu sendiri. Jika kita melihat Turki, ia adalah negata yang tidak terkena dampak dari krisis yang menggerogoti Eropa. Justru kini malah PDBnya meningkat.  Hal ini memunculkan pemberontakan di atas ketidaksukaan pembela sekular terhadap Erdogan. Erdogan adalah sesorang sosok yang mirip dengan tokoh Indonesia, Jokowi. Erdogan memulai kepemimpinannya dari tingkatan bawah, walikota.

Sang Penggembala Nabi Muhammad SAW

Bachtiar Firdaus
Jumat, 21 Juni 2013/ Pkl. 05.00—07.00


Perbaikilah diri kita kemudian perbaiki diri yang lain

"Apakah kamu menyuruh manusia supaya mengerjakan kebaikan sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab, maka tidakkah kamu berpikir?“ (QS. Al Baqarah : 44). Rasulullah saw. bersabda yang artinya," Tidak dapat bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat, sehingga ia ditanya tentang empat perkara: Tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan?, tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan?, tentang hartanya, darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan? dan tentang ilmunya, apakah ia telah mengamalkannya?“( H.R. Thabrani). Begitu banyak ayat dalam Quran yang memerintahkan kita untuk memperbaiki diri sendiri dulu sebelum memperbaiki orang lain.
Dalam sebuah kepemimpinan terdapat aturan yang harus dipenuhi dan terdapat dalam diri seorang pemimpin. Adapun rukun dan sukses kepemimpinan membutuhkan taaruf (saling mengenal), ta’aluf ( saling bersatu dan mencintai), tafahum (saling memahami), tafaqud dan ri’ayah ( saling menjaga dan saling terkait), taawun (saling membantu dalam menjalankan perintah Allah, meninggalkan kemunkaran dan kemaksiatan, kebaikan dan aktivitas individu atau organisasi), serta tanashur (saling menolong atau membela). Selain itu kepemimpinan juga membutuhkan al-fahmu al-daqiq (pemahaman yang rinci terhadap islam dan organisasi), al-imanu al-amiq (keimanan yang dalam kepada allah), al-hubbu al-wastiq (kecintaan yang kokoh), al-wa’yu al-kaamil (kesadaran yang sempurna), al-‘amalu mutawashil (kerja yang kontinyu), pembatasan sasaran & kejelasan pandangan, memakai sarana yang konstitusional (sesuai syar’i), dan keyakinan penuh terhadap pertolongan Allah.

Pemimpin Perubahan Nabi Muhammad SAW

Bachtiar Firdaus
Kamis, 20 Juni 2013/ Pukul  20.00—22.00

Muhammad membawa gerakan penyelamatan berupa dakwah kepada kebaikan, memerintahkan berbuat ma’ruf, dan melarang dari perbuatan munkar.

Pada dasarnya Islam memiliki kompetitor dalam ideologinya. Adapun kompetitor dalam ideologi islam adalah Kristen (ortodox, katolik, aliance. Protestan), Zionisme (liberalisme, demokrasi, nasionalisme), Kapitalis (sosialisme, komunisme, fasisme), dan Marxis (sosial demokratis, sosialisme, fasisme). Muhammad membawa gerakan penyelamatan berupa dakwah kepada kebaikan, memerintahkan berbuat ma’ruf, dan melarang dari perbuatan munkar. Tujuan utama dari gerakan perubahan yang diusung Muhammad adalah kemenangan.
Pada hakikatnya, orang-orang pembuat perubahan tidak selalunya membawa kemajuan, bisa jadi membawa kemunduran. Hal ini dikarenakan mereka tidak berpegang pada tali agama Allah, berbeda dengan gerakan perubahan yang dibawa oleh Muhammad. Adapun model perubahan yang dibawa oleh Muhammad melalui berbagai tahapan, takni tahapa dasar yang terjadi pada periode Mekkah yang kemudian berhijrah menuju titik perupahan. Tahapan ini disebut tahapan pemantapan, yang dilakukan pada periode madinah. Pada periode ini terdapat titik perubahan dari segi mentalitas dan teritorial.

Why do we need to learn English?

Susetyo Adhy Nugroho
Kamis, 13 Juni 2013/ pukul 20.00—22.00

Susetyo Adhy Nugroho atau yang biasa disebut Adhin adalah seorang pemuda yang pernah tinggal d US sejak 1990. Ia tinggal di Misssippi, Starkvile. Ia menceritakan pengalamannya selama hidup di sana dan menjelaskan mengapa pada akhirnya  kita membutuhkan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penyempaiannya di sesi ini pun ia menggunakan bahasa Inggris.
Mengapa kita harus berbahasa Inggris? Karena kita akan berjumpa dengan berbagai macam orang dari berbagai negara, dengan begitu kita akan menjumpai banyak teman dan belajar darinya, dan dengan menguasai banyak bahasa, lebih tepatnya bahasa Inggris kita bisa membuka banyak peluang. Dengan berbahasa Inggris kita akan mendapatkan lebih banyak pengetahuan. Begitu banyak publikasi ilmiah dan buku-buku yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Dengan menguasai bahasa Inggris tentu saja kita dapat mengerti isi buku-buku tersebut.  lebih dari itu, kita jug adapat menikmati berbagai macam hal yang dapat kita temukan dari internet tanpa bersusah payah menerjemahkannya dahulu menggunakan Google Translate.

Jumat, 15 Maret 2013

Sebuah Catatan Pengabdian di Sudut Pandeglang, Banten




Oleh Erin Nuzulia Istiqomah



            Kisah ini bermula dari adanya keinginan dan passion yang kuat atas dunia pendidikan dan anak-anak yang amat saya gemari. Sebuah kesempatan pengabdian yang ada lebih dulu harus terlewati karena saya tidak mengambil kesempatan untuk mengikuti K2N meski sudah lolos seleksi. Bukan penyesalan, nyatanya saya mengambil pilihan yang juga tepat untuk pengabdian masa depan nantinya demi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Membayar kesempatan yang terlewati beberapa bulan sebelumnya, terpanggil hati saya untuk menunggu kesempatan yang tepat mengikuti bentuk pengabdian yang lain.
Aksi mengajar di pelosok menjadi alternatif pengabdian yang selama ini ditunggu-tunggu. Gerakan UI Mengajar. Inilah kesempatan yang harus diperjuangkan keberhasilannya. Bulan September 2012, inilah langkah awal saya untuk memperjuangkan pengabdian ini. Pendaftaran sebagai 30 orang pengajar terpilih pun dibuka. Semua berkas yang dibutuhkan saya persiapkan dengan baik. Inilah usaha terbaik yang mampu saya lakukan. Seleksi berkas dan esai lolos, dilanjutkan dengan simulasi mengajar di SDN Pondok Cina 04 hingga akhirnya pengumuman 30 Pengajar Terpilih yang akan mengabdikan dirinya selama 23 hari di aksi mengajar ini. Saya termasuk di dalamnya dan perjuangan pun dimulai selama aksi mengajar yang berlangsung sejak 9 Januari—3 Februari 2013.

Kampung Kapinango, Keterbatasan dalam Dinamisasi Kehidupan Sosial
            Kami menginap di Kecamatan Sobang, merasakan menginap tanpa aliran listrik yang menyala disertai hujan yang menderas, dan banjir, membuat kami mencicipi awal pengabdian yang luar biasa. Inilah saat di mana pengabdian kami diuji niat-keikhlasan-ketulusan-nya. Rombongan Gerakan UI mengajar harus merasakan mengungsi karena kebanjiran sebelum akhirnya pergi ke lima titik yang ditargetkan sebagai tempat aksi kami mengajar.
            Esok hari kami mulai untuk mencapai titik masing-masing dengan menggunakan truk karena akses jalan yang sangat sulit dan penuh lumpur. Di setiap titik kami dibagi menjadi enam orang pengajar dan belasan panitia. Pembagian tugas dilakukan secara jelas agar tidak terjadi tumpang tindih. Pengajar fokus pada pengembangan sekolah, sedangkan panitia fokus pada pengembangan masyarakat daerah sana. Saya mengabdikan diri selama 23 hari di Kampung Kapinango, Desa Kutamekar, Kecamatan Sobang, Pandeglang, Banten. Mengajar kelas 1 di SD Negeri Kutamekar 1. 
            Kedatangan kami di sana disambut dengan baik oleh para warga desa yang kebanyakan bekerja sebagai petani. Masing-masing pengajar bertempat tinggal di rumah warga dan saling terpisah. Sedangkan panitia tinggal secara bersama di salah satu rumah yang memang kosong. Awal kedatangan kami di sana, warga desa selalu merasa sungkan dan tidak enak karena tidak bisa menghadirkan makanan selayaknya yang biasa kami makan di Jakarta. Namun seiring berjalannya waktu, mereka dapat menerima kami dengan baik.