Rabu, 20 Juni 2012

Memakai Sepatu


          Ada yang hal yang lucu menurutku seminggu yang lalu. Setelah sekian lama tak melihat ayah  mengenakan sepatu sendiri, pagi itu ayah mencoba memasang sendiri kaos kaki di kakinya. Aku melihat ayah menggunakan kaos kaki layaknya anak berumur tiga tahun yang sedang belajar mengenakan kaos kaki. Lucu bukan, seorang lelaki paruh baya mengenakan kaos kaki seperti anak berumur tiga tahun, saat itu aku tak berhenti tertawa, sampai  perut dan pipiku sakit. Urusan memakai sepatu mungkin ini hal biasa bagimu kawan, tapi tidak untukku. Dua puluh tiga tahun berjalannya pernikahan ayah dan ibu, selama itu pula ayah tak lagi pernah menggunakan sepatu dengan tangannya sendiri. Bukan. Bukan karena ayah malas, bukan juga karena ayah tak lagi mampu menggunakan sepatunya sendiri. Tetapi ini semua karena ibu.

          Ya ibulah penyebab ayah tak lagi bisa menggunakan sepatu sendiri, hehehe. Selama dua puluh tiga tahun ayah menjadi suami ibu, selama itu pula ayah tak lagi pernah menggunakan sepatu beserta kaos kakinya sendiri. Ibu selalu memakaikan kaos kaki dan sepatu ayah, kemanapun ayah akan pergi. Menurutku, yang kini sudah cukup dewasa mengartikan sebuah tindakan, apa yang dilakukan ibu adalah sebuah tanda bakti seorang istri pada suaminya. Aku tak yakin apakah semua istri akan melakukan hal yang sama seperti yang ibu lakukan pada ayah? Ah ya satu yang harus aku yakini, setiap istri memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan baktinya pada suaminya. Bagiku, bakti ibu pada ayah, lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa aku sangat berkewajiban mendoakan, agar kelak ibu mampu mewarnai surga dan hidup bersama ayah di sana.
          Pagi itu, aku tertawa melihat ayah lupa cara menggunakan kaos kaki. Sedangkan ibu, mengeluh lemah dan berkata “Lepas lagi ya kaos kakinya, ibu pakein dari ulang”.  Tidak kawan, ibu pagi itu bukan lupa untuk melakukan baktinya pada ayah, tetapi ayah yang terburu-buru karena sudah merasa terlambat dan  ibu sedang membantuku menyiapkan sarapan. Kalian tahu kawan, bukan hanya sekadar masalah memakaikan sepatu, ibu tiap pagi tak pernah alpa membuat segelas teh dan selalu memastikan gelas itu terisi penuh sepanjang hari, ibu juga tak pernah alpa menyiapkan baju dan sarung yang akan ayah gunakan setiap akan salat berjamaah di masjid.
          Ah ya… cinta adalah perbuatan. Kesejatiannya dapat dilihat dari tindakan yang tak lekang, meskipun oleh waktu…

Tidak ada komentar: