Kondisi idealis dan realistis sesungguhnya bisa seiring
sejalan,
sehingga tak ada alasan untuk kalah dengan keadaan
Bang Awid, begitu ia biasa disapa, berkesempatan mengisi sesi Diskusi
Pascakampus. Ia membagikan pengalaman dan pemahamannya mengenai kehidupan
pascakampus yang kini sedang ia jalani. Tentu saja ia membagi pengalamannya
bukan karena ia merasa kehidupan pascakampus telah berhasil dilakukannya dengan
baik. Namun ia membagikan pengalaman atas apa yang telah ia jalani dalam dunia
pascakampus. Menurutnya, bekerja kini telah menjadi sebuah tuntutan mutlak atau
absolut. Namun sayangnya, kita dihadapkan pada kondisi yang cukup menantang.
Kondisi dengan tingkat pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan negara tetangga.
Adapun data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, terhitung dari
jumlah 6,3% pengangguran yang ada di Indonesia, setengahnya adalah sarjana.
Meskipun Indonesia telah mengalami berbagai fase ekonomi, namun struktur
ekonominya tetap. Sehingga menyebabkan waktu tunggu kerja menjadi semakin lama.
Akibatnya para sarjana justru terlalu lama menunggu waktu kerja sedangkan para
pelamar kerja dengan tingkatan pendidikan rendah merasa lebih mudah terserap
dalam dunia kerja.
Kini angkatan kerja di Indonesia mencapai 20 juta jiwa, namun lapangan
pekerjaan yang tersedia tidak memadai atau tidak mampu menampung seluruh
angkatan kerja tersebut. Di Indonesia, terdapat ketidaksinkronan antara studi
dengan lapangan pekerjaan yang didapatkan. Mayoritas pekerjaan yang tersedia
justru tidak sesuai dengan mayor pendidikan pekerjanya, sehingga kita melihat
hal ini sangat fleksibel. Ini terjadi
karena tidak diikutinya pekerjaan dengan kemudahan sistem sehingga spesialis tidak
menjadi benar-benar spesialis.
Di akhir sesinya, Bang Awid memberikan beberapa tips untuk mengatasi
tantangan yang dihadapi tersebut. Adapun tipsnya antara lain :
1. Selain mempelajari apa yang dipelajari di jurusan, silakan
belajar ilmu lain (open mind)
2. Carilah dan manfaatkan peluang yang terkadang justru tidak
disadari
3. Adanya keseimbangan aktivitas antara belajar, organisasi , dan
kegiatan ilmiah.
Ketiga hal tersebut
ketika mampu dijalankan maka akan membuat kita semakin siap menghadapi kondisi
yang menjadi tantangan bagi para sarjana di masa pascakampusnya. Selain itu,
Bang Awid juga menyarankan kita sebagai mahasiwa untuk semakin sering membuat
tulisan, karena tulisan adalah bukti fisik dari cerminan diri. Tulisan juga
merupakan penyampai ide yang dapat memperlihatkan bagaimana kualitas diri kita
dalam masyarakat. Ia juga berpesan bahwa kondisi idealis dan realistis
sesungguhnya bisa seiring sejalan, sehingga tak ada alasan untuk kalah dengan
keadaan. Apapun keadaan yang menimpa kita baik dalam dunia kampus maupun masa
sesudahnya merupakan kondisi idealis dan realistis yang seharusnya kita
perjuangkan agar kita mampu mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan
bermanfaatkan untuk orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar