Kekuatan
menulis opini adalah pada kekuatan argumentasi kita
sebagai
penulis, gaya penulisan, data, dan fakta
Di sesi kedua ini, Sapto
Waluyo memberikan penjelasan mengenai keberagaman jenis artikel. Ia menjelaskan
mengenai jenis artikel yang biasa terdapat dalam dunia kepenulisan. Adapun
jenis artikel tersebut antara lain artikel berita, artikel khas, artikel opini,
dan karya fiksi. Adapun target dari masing-masing artikel tersebut dipisahkan
menjadi artikel berita memiliki target untuk memberikan infomasi, artikel khas
untuk mengungkap sesuatu di balik fakta, artikel opini untuk menjelaskan dan
mempertahankan pendapat, sedangkan fiksi memiliki target penulisan untuk
menggugah perasaan.
Tak hanya fokus pada
keberagaman kepenulisan, Sapto Waluyo juga menyelipkan beberapa pengetahuan
sastra. Adapun tokoh yang menjadi orang yang berjasa dalam modernisme bahasa
sebelum kemerdekaan adalah Sutan Takdir Alisjahbana. Namun keberadaannya menuai
kritik, pemikirannya menjadi objek kritik yang habis dikritisi oleh Armin dan
Sanusi Pane, dua orang bersaudara yang juga merupakan sastrawan. Adapun seorang
yang berjihad di bidang pers adalah Mochtar Lubis.
Menulis opini merupakan hal
yang gampang-gampang susah. Sapto waluyo menjelaskan bahwa artikel opini
adalah karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan pendapat penulis atas suatu
fakta atau data berdasarkan sebuah argumentasi tertentu. Sedangkan artikel
berita adalah karya tulis yang disajikan untuk mengungkapkan fakta atau
menjelaskan peristiwa apa adanya, sejauh mungkin menghindarin adanya opini atau
pendapat dari wartawannya. Ketika opini hadir dalam tulisan berita maka
objektivitas kebenaran berita tersebut dipertanyakan. Dalam menuliskan sebuah
artikel, dibutuhkan penyambung antarparagraf yanng disebut bridging. Hal
ini diperlukan agar tulisan tersebut memiliki keterkaitan yang jelas
antaralinea.
Adapun kekuatan dalam
menulis opini adalah pada kekuatan argumentasi kita sebagai penulis, gaya penulisan,
data, dan fakta. Menulis itu sendiri tak cukup sekali dicoba, tetapi harus
berkali-kali. Ketika menulis, jangan pernah takut untuk mendapatkan dikritik.
Semakin tulisan kita mendapat kecaman atau kritik maka potensi untuk populer
akan semakin besar. Adapun tulisan jurnalistik itu sendiri harus bisa
dipertanggungjawabkan. Hal ini karena dalam jurnalistik terdapat kode etik yang
diukur berupa fakta. Jurnalistik bertugas untuk memberikan informasi dan
pelayanan informasi sehingga benar-benar harus dipertanggungjawabkan.
Sehingga menjadi sangat tidak wajar jika tulisan
jurnalistik dipenuhi oleh kebohongan. Sehingga konsep The Author is Dead dalam karya fiksi, sangatlah bertentangan
dengan konsep penulisan jurnalistik. Jika sebuah tulisan jurnalistik terdapat
disinformasi ataupun terdapat unsur penipuan maka akan ada upaya pelurusan yang
seharusnya menjadi sebuah bentuk pertanggungjawaban di depan publik. Oleh
karena itu, ketika kita sudah memutuskan untuk mulai menulis maka menjadi
sangat penting untuk mengetahui kode etik yang berlaku dalam dunia kepenulisan,
baik jurnalistik atau pun dunia kepenulisan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar