Selasa, 07 Agustus 2012

Training Jurnalistik “Keberagaman Jenis Artikel dan Target Penulisan yang Hendak Dicapai”

Oleh Sapto Waluyo, Selasa 7 Agustus 2012


Kekuatan menulis opini adalah pada kekuatan argumentasi kita
sebagai penulis, gaya penulisan, data, dan fakta

Di sesi kedua ini, Sapto Waluyo memberikan penjelasan mengenai keberagaman jenis artikel. Ia menjelaskan mengenai jenis artikel yang biasa terdapat dalam dunia kepenulisan. Adapun jenis artikel tersebut antara lain artikel berita, artikel khas, artikel opini, dan karya fiksi. Adapun target dari masing-masing artikel tersebut dipisahkan menjadi artikel berita memiliki target untuk memberikan infomasi, artikel khas untuk mengungkap sesuatu di balik fakta, artikel opini untuk menjelaskan dan mempertahankan pendapat, sedangkan fiksi memiliki target penulisan untuk menggugah perasaan.
Tak hanya fokus pada keberagaman kepenulisan, Sapto Waluyo juga menyelipkan beberapa pengetahuan sastra. Adapun tokoh yang menjadi orang yang berjasa dalam modernisme bahasa sebelum kemerdekaan adalah Sutan Takdir Alisjahbana. Namun keberadaannya menuai kritik, pemikirannya menjadi objek kritik yang habis dikritisi oleh Armin dan Sanusi Pane, dua orang bersaudara yang juga merupakan sastrawan. Adapun seorang yang berjihad di bidang pers adalah Mochtar Lubis.

Menulis opini merupakan hal yang gampang-gampang susah. Sapto waluyo menjelaskan bahwa artikel opini adalah karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan pendapat penulis atas suatu fakta atau data berdasarkan sebuah argumentasi tertentu. Sedangkan artikel berita adalah karya tulis yang disajikan untuk mengungkapkan fakta atau menjelaskan peristiwa apa adanya, sejauh mungkin menghindarin adanya opini atau pendapat dari wartawannya. Ketika opini hadir dalam tulisan berita maka objektivitas kebenaran berita tersebut dipertanyakan. Dalam menuliskan sebuah artikel, dibutuhkan penyambung antarparagraf yanng disebut bridging. Hal ini diperlukan agar tulisan tersebut memiliki keterkaitan yang jelas antaralinea.
Adapun kekuatan dalam menulis opini adalah pada kekuatan argumentasi kita sebagai penulis, gaya penulisan, data, dan fakta. Menulis itu sendiri tak cukup sekali dicoba, tetapi harus berkali-kali. Ketika menulis, jangan pernah takut untuk mendapatkan dikritik. Semakin tulisan kita mendapat kecaman atau kritik maka potensi untuk populer akan semakin besar. Adapun tulisan jurnalistik itu sendiri harus bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini karena dalam jurnalistik terdapat kode etik yang diukur berupa fakta. Jurnalistik bertugas untuk memberikan informasi dan pelayanan informasi sehingga benar-benar harus dipertanggungjawabkan.
Sehingga menjadi sangat tidak wajar jika tulisan jurnalistik dipenuhi oleh kebohongan. Sehingga konsep The Author is Dead  dalam karya fiksi, sangatlah bertentangan dengan konsep penulisan jurnalistik. Jika sebuah tulisan jurnalistik terdapat disinformasi ataupun terdapat unsur penipuan maka akan ada upaya pelurusan yang seharusnya menjadi sebuah bentuk pertanggungjawaban di depan publik. Oleh karena itu, ketika kita sudah memutuskan untuk mulai menulis maka menjadi sangat penting untuk mengetahui kode etik yang berlaku dalam dunia kepenulisan, baik jurnalistik atau pun dunia kepenulisan lainnya.

Tidak ada komentar: