Minggu, 23 September 2012

Training Pengembangan Diri “Kepemimpinan Profetik Revolusi Nabi Daud”

Oleh Bachtiar Firdaus, Rabu 26 September 2012


Revolusi merupakan pertarungan empat babak; penghancuran,
 peletakkan pondasi baru, pembangunan sistem, dan pemeliharaan

Kisah ini bermula dari Nabi Musa yang berhasil mengeksodus Bani Israil  dari Mesir ke Palestina. Ketika itu Bani Israil masih tercerai-berai lalu mereka manyadari kondisi dan keadaan mereka. Pada masa Nabi Samuel, mereka menemuinya dan meminta raja yang dapat memimpin mereka untuk berperang di jalan Allah. Nabi Samuel yang telah mengetahui tabiat Bani Israil menyangsikan hal tersebut seperti yang tertulis pada QS. Al Baqarah : 246.
Kisah ini tertulis dalam kitab suci Al Quran pada QS. Al Baqarah: 246—251. Di sinilah tertulis kisah revolusi yang dilakukan Nabi Daud yang mengajaran kita seni revolusi dalam sebuah kekuasaan. Mengajarkan kita pada hikmah untuk dapat menciptakan momentum terbaik guna memanfaatkan momentum dan menghasilkan revolusi. Beginilah Allah mengajarkan kita melalui ejarah, termasuk sejarah para Nabinya.

Perubahan itu pada umumnya diusung oleh sekelompok elit, yaitu ekelompok kecil orang yang memiliki wawasan intelektual, kesadaran politik, dan basis dukungan sosial. Upaya perubahan secara sistematis, khususnya revolusi, membutuhkan kehadiran seorang pemimpin besar. Tidak hanya itu, revolusi juga membutuhkan legitimasi nilai untuk mengkristalkan faktor-faktor perlawanan dan mensakralkan tuuan perjuangan. Dalam hal ini, agama (fi sabilillah)  merupakan faktor legitimasi dan sakralisasi yang kuat dan efektif. Namun dalam implementasinya, sering kali motif perlawanan yang muncul dalam diri manusia adalah faktor material seperti kesejahteraan, keamanan, dll. Itulah yang dijadikan dasar oleh Karl Marx dalam teorinya, yaitu menjadikan materi sebagai motivasi dasar perilaku manusia. Arus besar revolusi seharusnya diusung oleh elit yang memiliki kepentingan ideologis dan komitmen yang kuat serta sebagian besar adalah kaum marjinal. Sehingga tak lagi menjadikan materi sebagai motivasi dasar dalam perjuangan (QS. Al Baqarah : 246).
Tak ubahnya reformasi, revolusi pun membutuhkan pemimpin besar. Adapun kepemimpinan dalam revolusi dimunculkan dalam dua kaidah, yaitu pemimpin revolusi adalah orang yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri dan ia adalah orang yang harus setidaknya memiliki dua kualifikasi; berwawasan luas dan berkemampuan fisik yang andal. Dalam revolusi, conflict of interest selalu muncul dalam pergumulan revolusi. “Revolusi adalah perjuangan orag-orang yang tidak mendapatkan kekuasaan”. Dalam kisah Nabi Daud, elit Bani Israil menolak kepemimpinan Talut karena mereka merasa lebih berhak atas kepemimpinan dan kekuasaan tersebut. Klaim mereka terletak pada penguasaan aset-aset material (QS. Al Baqarah : 247).
Kemenangan dalam revolusi bukan tanpa sebab. Tapi itu merupakan hasil perjuangan panjang. Sesungguhnya terdapat kunci kemenangan  bagi kekuatan pewaris risalah kenabian.  Hal itu didapatkan melalui sebuah ketenangan. Pertarungan untuk dapat dimenangkan membutuhkan tiga macam ketenangan. Pertama, ketenangan ideologis, yaitu keteguhan terhadap kebenaran perjuangan terhadap Allah. Kedua adalah ketenangan psikologis, yaitu sikap jiwa dalam menghadapi kekuatan lawan. Ketiga adalah ketenangan syariat, yaitu konsistensi di dalam syariat dan metode dalam berbagai dinamika situasi- kondisi yang dihadapi. Berbagai ketenangan tersebut muncul atas dasar keyakinan kita kepada Allah (QS. Al Baqarah: 248).
Setiap perjuangn tentu saja tidak hadir tanpa hambatan. Sebuah perjuangan yang sesungguhnya justru hadir dari akumulasi hambatan sehingga menghasilkan pejuang perlawanan yang luar biasa kuat. Tantangan dan godaan dalam proses perjuangan juga menjadi salah satu hambatan yang cukup siap mengguncang nilai-nilai kebenaran dalam perjuangan. Peperangan tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan unsur materi. Revolusi yang menggerakkan unsur-unsur masyarakat tidak bisa menghindari diri dari munculnya segmen periferal (lapisan pinggir dari kekuatan perjuangan) yang bersikap dan berpikir serba pragmatik. Anarkisme perjuangan sering muncul dari segmen ini karena nafsu material dan kebodohan syariat. Revolusi bukanlah proses yang mudah, ia merupakan pertarungan empat babak; penghancuran, peletakkan pondasi baru, pembangunan sistem, dan pemeliharaan. Sehingga dibutuhkan kekuatan inti yang tertata dalam pilar-pilar perjuangan. Pilar-pilar perjuangan ini terdiri atas pilar asasi (kekokohan iman, konsistensi metode perjuangan, komitmen persatuan, kesiapan sikap dan kemampuan, serta keberanian aksi) dan pilar operasi (sikap teguh terhadap musuh, sabar dalam menghadapi penderitaan, lebur dalam dzikrullah, keutuhan ketaaan dalam syariat dan komando pemimpin, menghindari konflik internal, dan menjauhi sikap takabur). Ini semua terangkum dalam QS. Al Baqarah : 249.
Adapun kita harus mengetahui dan memahami landasan paradigmatik dalam proses perjuangan, antara lain ketika terjadi peperangan maka semua tidak lepas dari keberadaan dan keterlibatan Allah, Allah adalah sebaik-baiknya pelindung, dan dalam setiap pertempuran “tangan-tangan Allah” akan selalu terlibat (QS. Al Baqarah : 250).

Tidak ada komentar: