Oleh Ustadzah Wiridyaningsih, Sabtu 8 September 2012
Barang siapa mengenal
dirinya maka akan mengenal tuhannya
Konsep diri merupakan salah
satu bidang psikologi komunikasi di dunia barat. Di Barat, konsep diri ini
dikembangkan secara luas sehingga mampu menjadi disiplin ilmu berupa psikologi
kepribadian yang diadaptasi banyak orang di belahan bumi lain, termasuk
masyarakat Islam. Namun pada dasarnya Islam sendiri memiliki konsep itu. Hal
inilah yang terkadang membuat kita terlupa, karena terjebak dengan kondisi di
luar konteks bahasan dalam Islam, kita terlalu sering merujuk hal-hal tersebut
dari barat, bukan dari Islam. Permasalahan ini terjadi bukan hanya karena tidak bangganya masyarakat Islam dengan
konsep diri yang ada dalam Islam namun juga terbatasnya informasi dan literatur
yang berkaitan dengan konsep diri ini dalam Islam.
Konsep diri merupakan hal
yang positif, sehingga ada baiknya kita membaca berbagai referesi mengenai
konsep diri tersebut untuk mendapatkan tsaqafah atau pemahaman.
Pemahaman-pemahan tersebut diharapkan mampu menyeimbangkan berbagai pemahaman
mengenai kosep diri yang tak hanya berasal dari dunia barat, tetapi juga
berbagai konsep mengenai konsep diri yang dimiliki islam. Adapun beberapa
referensi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah pemahaman diri kita
antara lain Psikologi Kepribadian Islam karya Abdul Munjib,serta Psikologi Perkembangan Islam karya Kania.
Dalam
upaya menambah tsaqofah, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Pada dasarnya
belajar harus merujuk pada kitabullah (buku) dan sunatullah (guru). Kedua hal
ini harus seiring sejalan agar tidak ditemukan kejanggalan dalam upaya
memperoleh ilmu. Ketika kita menimba ilmu tanpa guru dan hanya melalui buku maka
kita akan menemukan kesesatan. Sedangkan jika kita menimba ilmu hanya melalui
guru tanpa buku maka kita hanya akan menemukan taqlid buta kepada guru kita atau
ikut-ikutan tanpa dasar. Buku dan guru akan melatih kita ntuk menjadi seorang
yang kritis dalam menimba ilmu. Seorang Future Leaders haruslah menjadi seorang
yang kritis dan responsif, untuk mendapatkan kedua hal itu kita dapat meraihnya
melalui guru dan buku secara bersamaan.
Konsep
diri dalam dunia Islam sebenarnya ada, tetapi dibingkai dalam pemahaman Islam.
Konsep diri dalam pemahaman Islam mengajarkan kita menjadi seorang yang qanaah
dalam segala aspek kehidupan dan menyadari seluruh kekuatan yang kita miliki
hanya milik Allah semata. Konsep diri dalam Islam adalah mengenal diri untuk
menjadi hamba Allah yang sholeh dan muslih (tak hanya sholeh pribadi tetapi
juga mensholehkan orang lain) sehingga tercapai kapitalisasi diri dan
optimalisasi kemampuan diri yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Jika
kita berkaca pada kondisi bangsa ini, Indonesia yang merupakan negara Islam
terbesar di dunia justru tidak dapat menjunjung syariat Islam dengan baik.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam sama sekali belum dapat memahami
konsep diri yang melekat pada dirinya
sebagai masyarakat Islam. Berbagai kekayaan yang melimpah ruah di bumi
Indonesia sama sekali tidak membuat mereka bersyukur sekalipun dengan
mengoptimalkan berbagai kondisi yang dimilikinya. Tentu saja ini menjadi ironi
bagi masyarakat Islam, khusunya Indonesia.
Pada
dasarnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah.
Oleh karena itu, mari kita upayakan untuk meluruskan konsep diri yang ada pada
diri kita, kenali lalu tetapkan tujuan. Luruskan berbagai penafsiran mengenai
konsep diri yang kita miliki dengan hanya mengharap ridhoNya dalam upaya lebih
mengenalNya, kenali konsep diri kita sebaik-baik mungkin sehingga kita tahu
potensi apa yang dapat dikapitalisasi dan dioptimalkan untuk kebermanfaatan
orang lain, lalu tetapkanlah tujuan akhir kita dalam menjalankan sesuatu yang
berlandaskan pada konsep diri yang kita miliki.
Memiliki
konsep diri yang berpribadi Islami sangat diharuskan dalam Islam. Adapun
hal-hal yang harus diperhatikan ada beberapa aspek, antara lain aspek maknahiah
ruhiyah
(faktor keimanan, aqidah, akhlak, dan tingkah laku) dan aspek aqidah
fikriyah
(pemikiran). Kedua aspek tersebut akan membentuk cara berpikir kita, karena
pada hakikatnya apa yang kita lihat akan membentuk cara berpikir, jika kita
tidak memiliki bekal maka jangan harap kita akan dapat membentuk karakter berdasarkan
konsep diri dalam islam.
Aspek
maknahiyah
ruhiyah
atau faktor keimanan, aqidah, akhlak, dan tingkah laku dalam konsep diri menuju
pribadi Islami merupakan hal yang penting. Pengejawantahan aspek ini dapat
dilihat dalam amal sholeh di setiap pribadi muslim, tentu saja hal ini
dikarenakan amal sholeh adalah perbuatan kebaikan yang terlihat, meski tidak
selalu. Sehingga apa-apa yang kita kerjakan akan langsung berefek pada diri
kita dan dilihat serta dinilai langsung oleh orang-orang di sekitar kita.
Adapun amal sholeh terbagi tiga, yaitu amal hati, amal pikiran, dan amal suluki
(perbuatan). Apabila konsep diri seorang pribadi muslim sudah dikenali dengan
baik maka ketiga amalan tersebut akan bersinergi menghasilkan amal sholeh yang luar
biasa dan berefek dahsyat bagi orang lain. Islam memadukan aspek internal dan
eksternal atau kita menyebutnya sebagai aspek normatif dan aplikatif sehingga
apa-apa yang dibicarakan dalam islam tak hanya sekadar menjadi omong kosong
belaka namun terdapat upaya untuk menjalankan teori-teori kebaikan yang
terdapat dalam Islam dengan tindakan aplikatif bagi orang lain.
Aspek
aqidah
fikriyah atau pemikiran juga menjadi hal yang
mendukung kita untuk dapat memahami konsep diri menuju pribadi islami. Aspek ini
terdiri atas wawasan keislaman, pola pikir, dan kepedulian terhadap Islam.
Wawasan keislaman ditandai dengan kemampuan kita dalam membaca situasi kekinian
atas yang terjadi dalam masyarakat Islam dan memecahkan permasalahan dengan
solusi yang berlandaskan pada syariat Islam. Pola pikir ditandai dengan tidak
terjadinya kesalahan dengan menarik sebuah kesimpulan atas sebuah premis yang
menyalahi hukum asal. Sedangkan lingkungan di sekitar kita adalah salah satu
indikator seberapa besar pemahaman kita atas pemikiran yang kita miliki.
Kemampuan membaca situasi di lingkungan sekitar membuat kita harus memiliki
kepekaan yang tinggi atas apa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Orang yang memiliki konsep diri yang jelas, tentunya akan sangat
mengetahui apa yang harus dilakukannya tak hanya merencanakan masa kini namun
juga masa depannya. Supaya seseorang mampu membentuk konsep diri yang positif
maka ciptakanlah lingkungan yang positif dan menjauhkan diri dari labeling negatif. Jadikan
semua peluang yang ada untuk meraih kesempatan atau bahkan menciptakan
kesempatan untuk dapat berbuat banyak kebermanfaatan bagi orang lain. Bergeraklah
mulai kini, luruskan, kenali, dan tetapkan tujuan. Mari kita upayakan
kebermanfataan terbaik bagi orang lain melalui konsep diri dalam pribadi
Islami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar