Senin, 03 Desember 2012

Puisi

Nila Rahma                          
Kamis, 1 November 2012/ Pukul 20.00—22.00

 Puisi dibangun dengan jiwa dan itu terasa dalam setiap kata yang ada dalam puisinya
Pada diskusi sastra kali ini, kak Nila Rahma mengajak kami untuk menonton video deklamasi puisi oleh WS. Rendra dengan puisinya yang berjudul “Sajak sebatang Lisong”.  Puisi ini bertemakan kondisi sosial pendidikan yang terjadi di negeri ini pada masa itu.  Melalui puisinya itu, WS. Rendra berusaha untuk menyindir dan mengkritik keadaan sosial.
WS. Rendra yang memiliki nama asli Willi Brodus Surendra Broto merupakan adik kandung dari Ardi Kurdi, pemeran Abah dalam serial Keluarga Cemara. WS. Rendra merupakan seorang pemuisi dan penyair, lebih dari itu ia juga merupakan seorang dramawan. Ia memiliki bengkel teater yang menjadi tonggak penggiat drama pada masa itu. Dalam proses kreatifnya, Rendra membuat puisi pada masa trance. Ia telah menghasilkan begitu banyak karya dan menjadi salah satu pujangga yang cukup diperhitungkan dalam khazanah sastra Indonesia. Kritik yang dituangkan dalam puisinya dibuat bukan sekadar kritik belaka. Ia membuat sebuah riset tertentu sebelum pada akhirnya menghasilkan puisi sehingga karyanya bukanlah karya spekulatif.

Sejatinya puisi itu dibangun dengan jiwa dan itu terasa dalam setiap kata yang muncul dalam bait-baitnya. Puisi tak hanya sekadar untaian kata-kata indah, puisi juga mencerminkan koherensi pemikiran dan paradigma seseorang. Dari puisi-puisi yang dibuat oleh pemuisi, kita dapat melihat alur dan sistematika berpikir seseorang dalam menyikapi suatu hal yang diungkap dalam puisinya. Puisi itu sendiri menrut kak Nila dibagi menjadi dua, yaitu puisi yang hanya sekadar puisi dan puisi dengan maksud tertentu.
 Sesungguhnya gagasan dapat dituangkan dengan banyak cara, adapun salah satu caranya adalah melalui seni. Seni bisa menjadi salah satu cara meraup perhatian massa yang banyak. Melalui seni kita diajak menyikapi sesuatu dengan lebih bijak, contohnya adalah ketika Sterdapat sesuatu yang manis boleh maka kita boleh melirik sekadarnya saja. Namun tentu saja untuk berbagai hal dalam hidup, baik besar maupun kecil haruslah tetap disikapi sesuai dengan porsi seharusnya. 
Dalam puisi terdapat berbagai macam gaya dalam mengungkapkan gagasannya. Salah satunya adalah Atavisme, gaya puisi masa lalu yang terus diulang. Hal ini banyak ditemukan dalam berbagai karya puisi. Tentu saja ini menarik karena menunjukkan bahwa kita sesungguhnya sebagai manusia lebih suka pada keteraturan. Pada akhirnya kita dapat melihat banyak hal dalam puisi, kita dapat menemukan banyak gagasan tertuang dan banyak pelajaran dalam menyikapi hidup yang dapat kita ambil dari untaian kata bernama puisi.

Tidak ada komentar: