Jend. (Purn) TNI Endriartono Sutarto (Mantan Panglima TNI)
Kamis, 15 November 2012/ 08.15—10.00
Kebijakan
atau keputusan yang kita lakukan tidk mungkin menyenangkan hati semua orang
Beliau dan Anies Baswedan dalam
sebuah perbincangan pernah berharap pemimpin bangsa ini tak hanya sekadar mampu
untuk memimpin, tetapi juga mampu untuk menginjak bumi sehingga
kebermanfaatannya kian terasa. Mahasiswa masa kini biasanya terkungkung pada
kehidupan kota yang penuh kegemerlapan sehingga dikhawatirkan lupa akan
kehidupan di luar sana. Oleh karena itulah beliau bersama Anies dan teman-teman
berusaha membuat gerakan dimana mahasiswa mampu mentransfer ilmunya kepada
anak-anak di daerah-daerah tertinggal di Indonesia. Tujuannya adalah bagaimana
para sarjana yang freshgraduate ini mau merelakan waktu satu tahunnya untuk
berbagi dengan orang lain serta meningkatkan pendidikan Indonesia itu sendiri
dari ketertinggalan. Selain itu beliau juga mendirikan Gerakan Indonesia Setara
dengan tujuan mendidik anak-anak jalanan dan putus sekolah.
Sebagai seorang purnawirawan TNI,
beliau mendapatkan banyak hal di sana. Salah satunya adalah kepemimpinan. TNI
memiliki sistem pembinaan yang terukur, memiliki sistem untuk mengalami rotasi
kepemimpinan, terbiasa menghadapi konflik, serta adanya kesinambungan
kepemimpinan. Oleh itulah saya belajar banyak, selain juga melalui pengalaman
yang didapatkan selama menjadi Jendral
TNI. Pengalaman berkutat sebagai TNI antara lain pada tahun 1997—1988 sebagai
komandan Paspampres. Di tengah ricuhnya kondisi politik pada masa akhir
kepemimpinan rezim Soeharto, beliau tetap mempertahankan intregritasnya dengan
berusaha penuh bertanggungjawab sebagai komandan kala itu dengan mengamankan
presiden dan mengesampingkan kepentingan pribadinya. Pada masa kepemimpinannya
di TNI, ia banyak membuat inovasi dalam sistem, seperti mendorong industri
manufaktur persenjataan TNI untuk memenuhi kebutuhan. Beliau pernah mencetuskan
ide pembuatan senapan yang memiliki bobot tidak lebih berat dari M16 tetapi
memiliki tingkat akurasi yang lebih akurat serta mendorong perusahaan dalam
negeri untuk membuatnya.
Tidak berhenti di sana, selama
menjalankan amanahnya di TNI ia berusaha untuk melakukan percepatan reformasi
internal TNI, melakukan reformasi dengan menetapkan kebijakan bahwa anggota
atau panglima TNI tidak boleh lagi menjabat menjadi wakil di DPR. Jikalau ingin
menjadi wakil di DPR maka harus keluar dahulu dari TNI, tentu saja kebijakan
ini menjadi sangat fenomenal pada masa itu.
Namun ia menyadari bahwa segala kebijakan atau keputusan yang kita
lakukan tidak mungkin bisa menyenangkan hati semua orang. Pengalaman lain yang
beliau dapatkan ketika di TNI adalah ketika kepemimpinan TNI sedang collaps dan
harus mengurusi bencana yang terjadi di Aceh. Selain itu beliau juga menjadi
salah satu inisiator perdamaian dengan Gerakan Aceh Merdeka di Myanmar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar