Selasa, 31 Juli 2012

Belajar dari Al-Fatih


Banyak orang yang mengetahui tentang Muhammad Al Fatih, namun tidak secara mendalam. Hal itu mungkin dikarenakan terlalu sedikitnya informasi mengenai Muhammad Al fatih. Sehingga yang muncul ke permukaan hanyalah kisahnya memenangkan Konstantinopel. Padahal lebih dari itu, begitu banyak pelajaran dalam hidupnya yang harus kita ketahui sebagai pembelajaran bagi kita, para pemuda pembangun bangsa.
Muhammad Al Fatih yang saat ini dikenal sebagai pembebas Konstantinopel, memiliki nama asli Sutan Mehmed. Al Fatih merupakan nama yang disematkan kepadanya sebagai wujud kepahlawanannya telah membebaskan Konstantinopel. Ia adalah seorang pemuda kuat dan tangguh.  Di usianya yang masih muda, 14 tahun, ia telah diamanahkan oleh ayahnya sebagai Walikota Amasiyah. Sedangkan menginjak dewasa pada usia 19 tahun, ia telah dipercaya sebagai Sultan. Tentu kekuasan yang didapat bukan tanpa aral melintang, berbagai pertanyaan dan keragu-raguan umatpun sempat muncul ke permukaan atas diangkatnya ia menjadi Sultan. Namun ia mampu membuktikan keberhasiannya dalam memimpin dengan kegemilangan luar biasa.

Muhammad Al Fatih merupakan seorang keturunan Asia yang hidup dalam kejayaan Turki Ustmani. Turki Ustmani yang merupakan tempatnya berpijak adalah tempat yang dihuni oleh orang-orang yang telah memakan asam garam kehidupan dengan luar biasa bijaksana. Dimulai dari visi hidup mereka yang tak pernah berubah sejak nenek moyangnya mendirikan Turki Ustmani, hingga kemampuan mereka untuk hidup nomaden mencari penghidupan yang lebih layak di tempat lainnya.
Adapun karakter yang dibangun dalam Turki ustmani adalah semangat pantang menyerah, juga keberlanjutannya melahirkan berbagai pemimpin-pemimpin yang tangguh. Pada dasarnya, kemenangan Muhammad Al Fatih dalam memenangkan Konstantinopel bukanlah kemenangan pribadinya semata. Melainkan akumulasi atas berbagai kondisi yang telah “dikondisikan” oleh pahlawan-pahlawan sebelum Al Fatih. Sehingga momentum kemenangan yang memang telah terencana itu dapat dicapai dengan kecemerlangan.
Muhammad Al Fatih sejak kecil sudah dibimbing oleh ayahnya menjadi seorang pemimpin tangguh. Hal ini terlihat dari berbagai amanah berat yang telah diembannya sejak kecil. Ayah Muhammad Al Fatih selalu mengingatkan agar akal selalu didahulukan dibanding dengan kekuasaan. Merujuk pada hal itulah Muhammad Al Fatih tetap mendahulukan  untuk memikirkan hubungannya kepada Allah sebelum apapun. Karakter tersebutlah yang akhirnya membuat Sutan Mehmed mampu menjadi Al Fatih sejati dan tercatat dalam sejarah. Waalahu’alam semoga kita sebagai pemuda Indonesia mampu meneladani Al Fatih dan memberikan kontribusi terbaik bagi kehormatan bangsa ini. (Materi ini disampaikan oleh Agung Waspodo di National Leadership Camp PPSDMS NF Angkatan 6)

Tidak ada komentar: